DaerahBali

Isu Ribuan Babi Meninggal Terserang Virus Di Desa Bila, Matinya Bertahap Pengusaha Tak Lapor Kedinas Buleleng

191
×

Isu Ribuan Babi Meninggal Terserang Virus Di Desa Bila, Matinya Bertahap Pengusaha Tak Lapor Kedinas Buleleng

Sebarkan artikel ini

Singaraja.Faktapers.id – Dikabarkan hewan ternak (bibit babi) milik di salah satu kandang penggemukan di desa Bila kecamatan Kubutambahan/Buleleng mati dengan jumlah ribuan. Kematiannya secara bertahap diduga akibat terjangkit virus African Swine Fever (ASF) pada bulan Maret-April 2023 lalu.

Dengan beredarnya informasi mengenai matinya bibit babi salah satu perusahaan (ABS) di Desa Bila, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melalui Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta mengajak masyarakat agar selalu berkoordinasi antara pengusaha ternak babi dalam skala besar maupun kecil sehingga kejadian kasus tersebut dapat ditangani dengan cepat dan dicegah lebih dini.

Diketahui hewan ternak meninggal di kandang ABS itu 3 tahun lalu pernah terjadi. Dari investigasi Distan, perusahaan tersebut memelihara babi penggemukan sebanyak 1.300 yang didatangkan dari luar daerah itu sendiri dan kematian tersebut berakhir di bulan April 2023 malah baru diviralkan dibulan mei 2023 ini padahal dikandang tersebut telah kosong.

Dikonfirmasi langsung via telepon, Minggu , (7/5) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta menjelaskan kepada awak media Fakta,”Perusahaan itu meninggal babinya sejak bulan Januari 2023 secara komulatif. Sayangnya mereka terjadi kasus kematian tidak melapor ke Dinas dan kita baru mengetahui adanya laporan dari masyarakat. Alasan tidak melaporkan karena sudah memiliki dokter hewan,kalau secara aturan sih harus melaporkan ke Dinas untuk ditindak lanjuti”kata Made Sumiarta

Lanjut Kadistan, DLH Buleleng juga telah melakukan pengecekan terhadap limbah yang ada dikandang tersebut, bibit Babi meninggal terakhir April 2023 secara bertahap, “Itu yang meninggal hanya bibit(babi kecil) mengalami mencret sekitar 300/400 ekor berlanjut kebulan berikutnya. Dari diagnose awal terjadi kolera dan bibit babi kebanyakan diambil dari luar daerah Buleleng, dan sekarang sudah tidak ada aktivitas dikandang itu dan yang sehat sudah dijual supaya tidak terjadi hal diinginkan. Kami sudah turunkan Tim provensi untuk mengambil sempel-sempal seperti makanan dan lainya untuk diuji lab”papar Sumiarta.

Selanjutnya Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Buleleng telah mengecek/investigasi babi-babi warga sekitar kandang, menariknya tidak ada yang ditemukan terjangkit virus,”Keberadaan ternak warga disekitar itu tidak ada kasus terjangkit penyakit dan kami sudah edukasi masyarakat untuk melakukan pencehagan dini seperti menyemprot kandang dengan obat,”terangnya

Kejadian matinya bibit babi tersebut diduga untuk menurunkan harga babi di pasaran, dan sangat disayangkan dihembuskan secara besar-besaran sehingga membuat masyarakat atau petani ternak lainya enggan memelihara babi, menurut salah satu peternak yang tak ingin disebut namanya mengatakan, kami cukup sayangkan hembusan itu terjadi untuk bisa juga menurunkan animo masyarakat pelihara babi berkurang dan turunkan harga dipasaran.

“Ini seperti permainan para oknum kleder saja yang tidak bertanggung jawab. Masyarakat jangan terkecoh akan isu tersebut mari pelihara babi yang notabenya sudah jelas untuk keuntungan masyarakat,” pesannya kepada warga.

(ds)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *