Faktapers.id Jakarta – Sejumlah negara dikenal miliki instrumen hukum untuk memakzulkan pejabat. Pemakzulan adalah proses kebijakan pemerintah di area mana pejabat tinggi, seperti presiden, secara resmi dituduh melakukan pelanggaran di melaksanakan jabatannya. Sepanjang sejarah, sudah banyak presidan atau pemimpin negara yang dimakzulkan dikarenakan berbagai alasan. Dilansir dari berbagai sumber, inilah lima pada antaranya:
1. Donald Trump
Selama masa jabatannya, presiden Amerika Serikat periode 2017-2021 ini sudah dimakzulkan sebanyak dua kali. Ia dibebaskan oleh Senat pada kedua tindakan hukum tersebut.
Dilansir dari law.cornell.edu, Sidang pemakzulan pertama bermula dari percakapan telepon Presiden Trump dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy dari tanah Ukraina pada mana Presiden Trump memohonkan Presiden negeri Ukraina untuk mengumumkan dua penyelidikan: satu melibatkan lawan potensialnya di pemilihan presiden tahun 2020 mendatang lalu yang kedua mengenai tuduhan tiada berdasar bahwa entitas pada tanah Ukraina sudah pernah bergabung campur di pemilihan presiden tahun 2016.
Sementara pemakzulan kedua Trump terjadi satu tahun kemudian pada hari-hari terakhir kepresidenan Trump setelahnya kejadian 6 Januari 2021, di tempat Gedung Capitol AS. Di kejadian tersebut, beberapa pendukung Presiden Trump berjuang mengganggu sertifikasi kongres melawan pemilihan presiden tahun 2020
2. Gus Dur
Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa pada Juli 1998 kemudian setahun kemudian diusung sebagai calon presiden oleh partai tersebut. Pada 20 Oktober 1999, MPR memilih Gus Dur sebagai Presiden Indonesia keempat dengan dukungan 373 suara, mengungguli Megawati Sukarnoputri.
Selama masa pemerintahannya, Gus Dur dianggap kerap mengambil kebijakan kontroversial yang tersebut menyebabkannya dimakzulkan pada 23 Juli 2001 oleh Sidang Istimewa MPR RI. Lengsernya yang disebutkan dipicu oleh dugaan pengaplikasian dana yayasan serta bantuan asing, dianggap melanggar sumpah jabatan lalu aturan penyelenggaraan negara yang tersebut bebas dari korupsi, kolusi, juga nepotisme.
3.Park Geun Hye
Melansir reuters.com, Pada Mei 2017, Mahkamah Konstitusi Korea Selatan menguatkan pemakzulan Presiden Park Geun-hye, memecatnya dari jabatan oleh sebab itu skandal korupsi yang digunakan telah dilakukan melanda negara yang disebutkan selama berbulan-bulan.
Kehidupan lalu karier urusan politik Park Geun-hye dalam Korea Selatan diwarnai dengan tragedi kemudian kontroversi. Pada tahun 1974, ibunya terbunuh pada upaya pembunuhan terhadap ayahnya, Presiden Park Chung-hee, menjadikan Park sebagai penjabat ibu negara. Dia kemudian mengatur partai konservatif utama kemudian meraih kemenangan telak pada tahun 2004 serta mengungguli pencalonan presiden pada tahun 2012, menjadi presiden perempuan pertama Korea Selatan pada tahun 2013. Keterlibatan Park di korupsi skandal muncul pada tahun 2016 ketika ia memohon maaf oleh sebab itu memberikan akses draf pidato untuk temannya.
4. Alberto Fujimori
Mengutip france24.com, pada 21 November 2000, Kongres memakzulkan presiden Peru Alberto Fujimori yang digunakan dituduh melakukan korupsi melawan dasar “ketidakmampuan moral permanen”, yang dimaksud mengakhiri drama kebijakan pemerintah selama berminggu-minggu.
Selama satu dekade berkuasa, Fujimori lalu kepala intelijen garis kerasnya Vladimiro Montesinos melancarkan kampanye berdarah melawan pemberontak yang tersebut melibatkan pasukan pembunuh juga pembantaian. Katalis pemakzulannya adalah penayangan rekaman video di area televisi Peru pada14 September 2000 yang mana memperlihatkan Montesinos, yang dimaksud dikenal sebagai “Rasputin-nya Fujimori”, mencoba membeli pribadi anggota parlemen oposisi dengan suap $15.000.
5. Carlos Andres Perez
Dikutip dari independent.co.uk, presiden Venezuela ini pertama kali mengatur ngaranya pada 1974 hingga 1979. Dalam masa kepimimpinannya, Ia menasionalisasikan bidang minyak hingga negara yang disebutkan dijuluki “Saudi Venezuela”. Ia menjalin hubungan diplomatik dengan Kuba di area bawah kepemimpinan Castro, menentang kediktatoran Somoza di dalam Nikaragua juga membantu upaya Panama untuk mendapatkan kedaulatan melawan Terusan Panama dari AS.
Hugo Chaves, presiden setelahnya Perez yang mana pada waktu itu menjabat sebagai letnan kolonel angkatan darat, melakukan kudeta militer yang tersebut gagal terhadapnya pada tahun 1992. Satu tahun kemudian, Perez dimakzulkan dengan didakwa kemudian dijadikan tahanan rumah selama dua tahun akibat menyedot dana masyarakat ke account pribadi dalam New York. Dia meninggal di dalam pengasingan dalam rumah sakit Miami pada Hari Natal, menyerang Chavez sebagai “diktator” sampai akhir.