Jakarta, faktapers.id – Februari 2025 – Pada tahun 2024, PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP Nonpetikemas), telah berhasil mengurangi Port Stay kapal hingga 33 persen.
Hal ini bisa dicapai melalui sejumlah langkah strategis yang telah dilakukan yaitu standarisasi, sistemisasi dan integrasi dengan penerapan PTOS-M.
Demikian dikatakan Indra Hidayat Sani, pada acara Bincang – bincang dengan Forwami (24/2) di Jakarta.
Hal ini telah dilakukan di seluruh pelabuhan yang tersebar di 11 wilayah strategis di Indonesia mencakup Tanjung Priuk Banten, Panjang – Lampung, Bengkulu, Jambi, Teluk Bayur- Sumatera Barat, Palembang- Sumatera Selatan Cirebon, Pangkal Balam – Bangka Belitung, Pontianak, dan Tanjung Pandan Bangka Belitung.
Dijelaskannya, untuk mengejar target tahun 2025, PTP akan mengoptimalkan layanan operasionalnya,
dengan fokus pada layanan terintegrasi dan pemanfaatan teknologi terkini. PTP Nonpetikemas optimis dapat meningkatkan throughput arus barang.
Selain itu, PTP Nonpetikemas juga fokus pada kemitraan strategis dan perluasan bisnis untuk kejar target 2025.
PTP Nonpetikemas telah menetapkan target throughput di tahun 2025 sebesar 53,5 Juta Ton/M3. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan merancang beberapa program strategis seperti modernisasi terminal, partnership strategis berbentuk kolaborasi langsung dengan cargo owner & pemain logistik, menyediakan solusi Port Management Service, dengan pelayanan Planning & Control terintegrasi Pelindo Terminal Operating System Multipurpose (PTOS-M), serta juga berfokus pada HSSE (Health, Safety, Security & Environment).
“Target 2025 mencerminkan komitmen terhadap pertumbuhan dan keunggulan. Kami yakin dapat mencapai target 2025 melalui modernisasi terminal, perluasan bisnis, dan memperkuat kemitraan dengan pengusaha bongkar muat (PBM), serta perusahaan-perusahaan strategis lainnya,” ujar Indra Sani.
Berbagai inisiatif strategis yang sedang berjalan di PTP Nonpetikemas antara lain Program terminalisasi pelabuhan yang melibatkan cabang-cabang di Palembang, Banten, Cirebon, Kijing, Jambi, dan Pangkalbalam. Peningkatan layanan curah cair di Terminal Kijing, Pontianak, termasuk pemenuhan peralatan bongkar muat dan penataan piperack di dermaga curah cair. Perpanjangan kerja sama pengoperasian dermaga Tersus/TUKS, pengoperasian terminal untuk LNG, kondensat, dan BBM di pelabuhan-pelabuhan strategis, seperti Pelabuhan Muara Sabak- Jambi, Pelabuhan Sungai Lais, Palembang dan Pelabuhan lainnya. Kemudian, kerja sama dengan cargo owner, shipping line, dan perusahaan logistik, melalui pemasaran aktif. Peningkatan layanan curah cair di Regional 2 Tanjung Priok, melalui kerja sama bongkar muat curah cair, serta proyek Ship-to-Ship dan Shorebase yang mendukung efisiensi pengiriman dan logistik antar kapal.
Sebelumnya pada Forum Group Discussion (FGD) dalam Management Forum PTP Nonpetikemas tahun 2025 pada minggu lalu, pengamat dan akademisi logistik maritim ITS (Institut Teknologi Surabaya) Raja Oloan Saut Gurning, S.T., M.Sc., Ph.D., CMarTech, mengatakan dalam kajiannya tentang konektivitas Pelabuhan nonpetikemas di Indonesia bahwa dengan konektivitas tinggi berpotensi meningkatkan kualitas perdagangan dan memberikan manfaat ekonomi serta bisnis. Untuk mendukung hal ini, diperlukan penerapan strategi bundling layanan dan tarif guna menurunkan biaya logistik dan meningkatkan fleksibilitas distribusi barang. Konektivitas pelabuhan juga membutuhkan transportasi multimoda sebagai langkah efisiensi distribusi barang dari dan ke Pelabuhan. PTP Nonpetikemas perlu menerapkan langkah ini untuk menjalankan peran strategis sebagai operator terminal non-petikemas di Indonesia dengan layanan terintegrasi, kompetitif, serta menjadi katalisator ekosistem logistik guna mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Selanjutnya kata Indra, PTP Nopetikemas akan memperluas target pelanggan pada radius 50 km atau lebih, untuk meningkatkan pendapatan sebagaimana saran pada FGD PTP Nonpetikemas bersama Prof. Saut tersebut.
“Penting bagi PTP Nonpetikemas untuk meningkatkan target pelanggan yang lebih luas. Potensi pasar PTP Nonpetikemas sangat besar, dan dengan jangkauan yang lebih luas, kami berharap dapat meningkatkan pangsa pasar PTP Nonpetikemas,” tambah Indra.
Diakui Indra, bahwa persaingan pada bisnis Nonpetikemas lebih kompetitif dibandingkan dengan bisnis Petikemas, karena jumlah perusahaan yang bergerak pada Nonpetikemas relatif lebih banyak dari pada usaha Petikemas.
Namun, melalui strategi yang telah dirancang untuk tahun 2025, PTP Nonpetikemas akan dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk mencapai target. Langkah ini diharapkan sekaligus memperkuat posisinya sebagai operator terminal nonpetikemas terkemuka di Indonesia.
(Han)