Mahakam Ulu, faktapers.id – Festival Hudoq Cross Border 2019 Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kaltim, yang berlangsung pada 23-26 Oktober 2019, mendapat sambutan hangat dari sejumlah pihak.
Tak ketinggalan Amoris (Uyau Moris), pria kelahiran 31 Agustus 1991 itu dan merupakan putra asli Suku Dayak etnik Kenyah yang merupakan warga Desa Wisata Setulang, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.
Dia hadir langsung di Ujoh Bilang, memukau ribuan warga Mahulu pada malam penutupan Festival Hudoq Cross Border 2019 oleh Bupati Mahulu, Bonifasius Belawan Geh SH, Sabtu (26/10/2019) malam.
“Saya berharap festival budaya ini berlangsung setiap tahun dan dikemas semakin profesional. Sehingga orang yang datang gak kecewa.Untuk saat ini sudah keren banget sich menurut saya,” beber Uyau, usai menyanyikan lagu Dayak berjudul Leleng, sambil memainkan alat musik petik tradisional Dayak, Sapeq, malam tadi.
Lebih meriah lagi dan memukau ribuan masyarakat, sesaat setelah itu, Uyau Moris didaulat berkolaborasi dengan Grup Sapeq Putra Daerah (SPD) dibawah pimpinan Sekdakab Mahulu, Yohanes Avun.
Irama Sapeq petikan Uyau Moris menyatu dengan petikan Sapeq Grup SPD, menghanyutkan ribuan penonton malam tadi.
Uyau menuturkan, Festival Hudoq Cross Border Mahulu sangat unik. Menurutnya jika dikemas secara profesional, maka akan menjadi destinasi wisata terbaik di Indonesia.
“Acara Festival Hudoq ini dilaksanakan pada bulan Oktober setiap tahun. Mahulu bisa menjadi tujuan wisata tempat orang berlibur pada bulan itu setiap tahun,” tuturnya.
Dia berharap Pemerintah dan instansi terkait melakukan pembenahan terhadap struktur dan infrastruktur penunjang.
Menurutnya utama adalah akses (jalan, jembatan, telekomunikasi, serta inapan/hotel), wajib diadakan di Mahulu. Jika itu sudah ada, maka wisatawan akan berlomba datang di Mahulu.
“Selain mengangkat perekonomian masyarakat, juga bidang wisata budaya Mahulu akan mampu menjadi salah satu sumber pendapatan daerah,” tukasnya.
Moris juga berpesan kepada generasi muda Mahulu, agar terus berkarya, jangan ada rasa tak percaya diri, generasi muda terus maju, mendukungg pembangunan daerah.
“Anak Dayak jangan minder. Jujur aja dulu saya dari kampung ada rasa minder ke kota. Tapi akhirnya hilang rasa itu. Kita harus banyak belajar dan jangan menutup diri dari orang disekitaa,” ungkapnya.
Terkait budaya Hudoq, Uyau Moris berpesan agar generasi muda Dayak mempertahankan dan melestarikan budaya asli leluhur. “Terus dikembangkan dan diwariskan ke anak cucu kita,” ucapnya.
Uyau Moris yang sejak 2010 silam namanya meroket di Indonesia bahkan dunia, karena piawai memetik Sapeq dan menyanyikan sejumlah lagu asli bahasa Dayak. Dia memiliki bakat keturunan dari kakek dan juga sang ibundanya yang pandai menari Dayak.
“Spontanitas, sejak umur 8 tahun saya sudah bermain bersama grup kesenian antar kampung,” ungkap Moris, merupakan lulusan dari salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota minyak, Balikpapan, dan kini masih menimba ilmu pasca sarjana di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Dia berpesan agar generasi muda di Mahulu mengutamakan pendidikan. Menurutnya, penunjang pembangunan daeah kedepan adalah sumber daya manusia yang handal.
“Pendidikan itu penting. Bukan hanya untuk pekerjaan. Tetapi sebagai pengetahuan generasi muda dalam menunjang pembangunan,” tuturnya.
“Era globalisasi ini bukan saatnya lagi anak muda bekerja dengan otot. Tetapi harus mengandalkan ilmu pengetahuan,” tambahnya.
Sekadar diketahui Uyau Moris telah menelorkan album sejumlah album. Diantaranya, solo Borneo dan solo Sapeq Tradisional yang masih dicetak sampai sekarang.
“Pada 2020 nanti saya berencana mengeluarkan album berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris,” pungkas Moris. (iyd)