Peran Keluarga dalam Perkembangan dan Pertumbuhan Anak

728
×

Peran Keluarga dalam Perkembangan dan Pertumbuhan Anak

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Perkembangan anak yang optimal, ibarat membangun sebuah rumah yang harus memiliki pondasi kuat. Orangtua diharapkan dapat mempersiapkannya secara menyeluruh sehingga anak akan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik di lingkungannya. Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam proses tumbuh kembang anak, yaitu perkembangan dan pertumbuhan.

“Kemampuan adaptasi yang baik pada anak, diantaranya kemampuan dalam mengatasi masalah, regulasi diri, menata pikiran, dan berperilaku dengan baik. Stimulasi yang orangtua berikan juga harus mengacu pada tahap perkembangan anak, tentunya dengan memerhatikan perbedaan individu dan berbasis interaksi pada lingkungan sekitar anak,” jelas perwakilan Ikatan Psikologi Klinis Anak, Laksmi Gamayanti dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi para Psikolog dan Konselor PUSPAGA yang dilaksanakan secara daring dengan tema ‘Pendalaman Tumbuh Kembang Anak’.

Gamayanti menambahkan rumah sebagai tempat berlindung dan belajar diharapkan bisa memberikan rasa aman, nyaman, penuh penerimaan, dan penghargaan bagi seluruh anggota keluarga, terutama bagi anak. Selain itu, pentingnya memanfaatkan lingkungan rumah menjadi tempat belajar dan bermain bagi anak, khususnya di masa pandemi ini. “Mari ciptakan lingkungan yang aman agar anak bisa berinteraksi,” ajak Gamayanti.

Gamayanti menuturkan peran orangtua dalam pengasuhan sangatlah penting. Beberapa prinsip pokok pengasuhan dalam proses perkembangan anak yang perlu orangtua lakukan, yaitu membangun komunikasi yang baik dengan anak. Berilah kesempatan pada anak untuk mengekspresikan harapannya agar merasa dihargai dan diterima. Perhatikan perbedaan kondisi dan potensi tiap-tiap anak, deteksi dini kemampuan anak, lakukan evaluasi perkembangan anak, tekankan pentingnya proses dengan meminimalkan pengalaman dan perasaan gagal pada anak, mendorong pengalaman dan perasaan berhasil pada anak.

Hasil dari proses perkembangan anak juga bersifat sangat individual, tidak semua karakter anak sama dan masing-masing memerlukan pendampingan khusus. Salah satu pesan dalam pengasuhan anak adalah jangan membandingkan anak dengan anak lain. Ini akan sangat menyakitkan bagi seorang anak. “Pengalaman buruk di masa kecil yang terjadi berulangkali, bisa berdampak pada masa depan anak. Hal ini bisa terjadi karena anak merasa diabaikan, adanya kekerasan di lingkungan rumah, penyalahgunaan obat dan alkohol di rumah. Inilah pentingnya orangtua untuk terus belajar terkait proses pengasuhan dan pematangan diri. Menjadi orangtua adalah sebuah proses sepanjang hayat, kita harus terus belajar dan introspeksi diri, dalam setiap tahapan perkembangan anak,” ujar Gamayanti.

Lebih lanjut Gamayanti menjelaskan bahwa orangtua dapat memberikan stimulasi pada anak dengan berbagai cara, seperti melalui lingkungan di sekitar anak dengan bermain. Hal ini sangat penting, mengingat anak dapat lebih mudah menerima stimulasi menyenangkan melalui bermain karena dapat meningkatkan kemampuan komunikasi anak, menjadi bahagia, lebih terampil, bisa mengekspresikan dirinya, lebih percaya diri, mengatasi perasaan negatif, dan mengembangkan peran anak.

“Sayangnya, di situasi pandemi ini, ruang anak untuk bermain menjadi terbatas. Saya juga menyayangkan adanya metode belajar anak yang begitu kaku, menggunakan kekerasan, dan melupakan kebahagiaan anak. Bentuk pengajaran seperti itu sangat tidak disarankan. Mari hadirkan metode belajar yang menyenangkan dan melatih kemandirian anak dengan bermain, tentunya tetap dibutuhkan pendampingan dari orangtua atau orang dewasa lainnya. Ini menjadi tantangan bagi teman-teman PUSPAGA sebagai garda depan yang diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan pemahaman terkait hal ini kepada para keluarga dan masyarakat luas,” tegas Gamayanti.

Gamayanti juga menyampaikan apresiasi kepada teman-teman PUSPAGA yang terus bersemangat meningkatkan kemampuan untuk membantu masyarakat di pelosok Tanah Air. “Teruslah memberikan stimulus melalui berbagai media di sekitar anak, seperti lingkungan alam sebagai potensi Indonesia yang seharusnya menjadikan kita kuat dan percaya diri. Anak Indonesia harus menjadi pribadi yang unggul di masa depan,” tambah Gamayanti.

Sementara itu, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak Dalam Keluarga dan Lingkungan, Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Rohika Kurniadi Sari menyampaikan meskipun dalam kondisi di tengah pandemi Covid-19, PUSPAGA tidak pernah putus memberikan layanan. “Pelaksanaan rangkaian bimtek bersertifikat ini merupakan pertama kalinya kami laksanakan sejak diinisiasi pada 2016, mengingat dalam kondisi pandemi ini, posisi orangtua menjadi lebih rapuh dan rentan. Tantangan yang dihadapi juga semakin berat dalam memberikan pengasuhan optimal bagi anak. Melalui bimtek ini, kami harap PUSPAGA sebagai garda terdepan pejuang keluarga dapat membantu para orangtua untuk memperkuat pengasuhan anak Indonesia,” ungkap Rohika.

Lebih lanjut Rohika berpesan kepada para konselor dan psikolog PUSPAGA yang telah mengikuti bimtek untuk terus mempelajari materi-materi yang telah didapatkan, kemudian dipraktikkan dalam waktu sesegera mungkin. “Mari lakukan yang terbaik demi pengasuhan keluarga untuk diterapkan di PUSPAGA masing masing. Lembaga ini akan terus berjalan dan terus dikembangkan sampai tingkat kecamatan. Kami menunggu kinerja terbaik teman-teman, mengingat dalam kondisi pandemi saat ini, banyak keluarga yang sangat membutuhkan penguatan pengasuhan demi kepentingan terbaik bagi anak Indonesia,” tutup Rohika.

Adapun hasil rekomendasi dari rangkaian kegiatan bimbingan teknis bagi para psikolog dan konselor PUSPAGA yang mengangkat 5 (lima) fokus pembahasan, yaitu :
1) PUSPAGA sebagai layanan promotif dan preventif termasuk para psikolog dan konselor di dalamnya bertugas untuk memperkuat kualitas pengasuhan anak dengan target pelayanan orangtua dan calon orangtua;
2) Ke depan, masing-masing kabupaten/kota di Indonesia ditargetkan harus memiliki layanan PUSPAGA dan harus terstandarisasi sebagai bagian dari upaya percepatan Kabupaten/kota Layak Anak (KLA);
3) Standarisasi PUSPAGA harus segera disesuaikan dengan penetapan standar yang akan Kemen PPPA kirimkan kepada Gubernur, Bupati, Dinas PPPA, dan PUSPAGA;
4) Dari 360 tenaga PUSPAGA yang terdiri 69 psikolog dan 291 konselor, baru ada sebanyak 331 psikolog dan konselor dari 130 PUSPAGA yang mendapatkan sertifikat bimtek PUSPAGA.
5) Konseling, edukasi yang bergerak dalam penguatan kualitas pengasuhan, serta promosi juga harus terus dilaksanakan agar PUSPAGA mudah dikenal dan kemudahan aksesnya dapat dimanfaatkan seluruh keluarga di Indonesia. Her

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *