Headline

Masuki Musim Kemarau, Debit Air Irigasi di Jambakan Bayat Masih Aman

504
×

Masuki Musim Kemarau, Debit Air Irigasi di Jambakan Bayat Masih Aman

Sebarkan artikel ini

Klaten, faktapers.id – Memasuki musim kemarau sejumlah petani diwilayah Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten mengaku mulai mengalami penurunan debit sumber mata air untuk pengairan lahan mereka. Meski demikian, kondisi pertanian sebagian tercukupi airnya dengan mengandalkan air hujan.

Kepala Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Joko Hartono mengatakan, debit air sungai untuk irigasi di sejumlah sungai di Desa Jambakan memang terpantau mengalami penurunan, namun masih bisa mencukupi kebutuhan irigasi pertanian hingga 30 persen, sesuai standar kemampuan.

“Hampir semua area pertanian di desa Jambakan mengalami kekeringan, namun sudah ada beberapa titik sumber dan hampir separo yang mengeluarkan air. Terhitung antara 20-28 hektar lahan pertanian disini mengalami kekeringan bahkan sudah bero satu musim,” kata Joko, Jumat (3/9/2021).

Dia menjelaskan, selama lahan pertanian bero (tidak ditanami) satu musim petani sama sekali tidak berpenghasilan. Kalau untuk air minum, kata dia, sumber mata air sumur dari warga masih mencukupi dan bisa dikatakan aman.

“Selain sumur, sumber air untuk konsumsi warga masih ditopang dari Pamsimas untuk satu dukuh. Belum lagi pasokan air minum dari PDAM Klaten dipastikan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga tidak ada kekhawariran lagi,” katanya.

Memasuki musim kemarau panjang, pihak pemerintah desa Jambakan sudah menyiapkan bak tampungan air yang berasal dari proyek BBWS Bengawan Solo sehingga air konsumsi warga tetap tercukupi.

“Selain itu, kelompok tani juga berhasil membuat sumur bor diutara lapangan dengan memakai dana aspirasi dari anggota dewan ibu Murni. Oleh karena itu, dari semua pihak sudah berusaha menggali sumber mata air untuk mengantisipasi terjadinya kemarau panjang tahun ini,” paparnya.

Hingga saat ini, kata Joko, untuk wilayah desa Jambakan yang terdampak kekeringan paling parah yaitu RW 2 dan RW 1, tetapi untuk kondisi saat ini kedua wilayah tersebut masih tercukupi.

“Alhamdulillah, memasuki musim kemarau tahun ini desa Jambakan saya nyatakan masih aman. Untuk wilayah kecamatan Bayat selain Jambakan yaitu desa Ngerangan, karena 2 wilayah yang mepet dengan Gunung Kidul memang kekurangan air,” ujar dia.

Mardi Mulyono (62) salah satu petani sekaligus pemilik lahan warga setempat mengatakan pihaknya kembali melakukan tanam padi Gogo setelah satu musim tidak panen. Dirinya menyiapkan lahan seluas 3 patok dengan harapan panen tahun ini lebih baik.

“Menurut perhitungan, apabila ditanam pada waktu banyak air satu patok bisa menghasilkan 20 sak gabah, tetapi tanan padi Gogo satu patok cuma sekitar 12 sak gabah, karena pengairan hanya mengandalkan hujan,” tandasnya. Madi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *