Faktapers.id – Warning terbaru ekonomi China datang lagi. Goldman Sachs menjadi bank Wall Street terbaru yang menurunkan perkiraan pertumbuhan.
Bank investasi itu memangkas perkiraan produk domestik bruto (PDB) setahun penuh untuk 2023 dari 6% menjadi 5,4%. Goldman Sachs mencatat turbulensi lebih lanjut di perekonomian.
Pemulihan dari langkah-langkah penguncian Covid-19 yang ketat masih mengecewakan. Data ekonomi terbaru menunjukan pelemahan, termasuk sektor properti, yang berkontribusi 15-30% terhadap PDB.
Meski stimulus diyakini diberikan pemerintah ke perusahaan, Goldman Sachs mencatat bahwa langkah-langkah tersebut tidak akan cukup untuk mengatasi masalah yang lebih besar yang dihadapinya. Yakni sentimen yang melemah.
“Dengan tantangan yang berkelanjutan dari pasar properti, pesimisme yang meluas di antara konsumen dan pengusaha swasta, dan hanya pelonggaran kebijakan yang moderat untuk mengimbangi sebagian hambatan pertumbuhan yang kuat, kami menurunkan perkiraan PDB riil 2023 kami,” kata Kepala Ekonom untuk China Hui Shan dalam catatan penelitian Minggu.
Pelemahan juga dirasakan akan terjadi pada Yuan melawan Dolar AS. People’s Bank of China (PBoC) diperkirakan akan melonggarkan kebijakan moneternya lebih jauh sementara bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut di masa mendatang.
Sebelumnya, bank raksasa global seperti Nomura, UBS, Standard Chartered, Bank of America (BofA) dan JPMorgan juga memberikan ramalan serupa. Nomura misalnya, memangkas perkiraan pertumbuhan PDB China 2023 menjadi 5,1% dari 5,5%.
“Mengharap lebih banyak dukungan kebijakan yang akan datang,” kata UBS di catatannya yang spesifik.
UBS memprediksi PDB di 2023 menjadi 5,2% dari 5,7%. Pertumbuhan Q2 juga diberi perhatian khusus.
“Pertumbuhan berurutan Q2 mungkin melambat menjadi hanya 1-2% kuartal-ke-kuartal, lebih lemah dari ekspektasi kami sebelumnya sebesar 4,5%,” kata Kepala Ekonom China UBS Investment Bank Wang Tao dalam sebuah pernyataan.
Ketidakpastian di sektor properti China tetap menjadi risiko utama perkiraannya. Bahkan dapat menurunkan prospek pertumbuhannya.
“Stimulus tambahan kemungkinan akan diukur, karena China memprioritaskan peningkatan iklim bisnis dan kepercayaan diri,” kata para ekonom Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan 5,4% dari 5,8%.
BofA sendiri menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB 2023 menjadi 5,7% dari 6,3%. Sementara JPMorgan sebelumnya memangkas prospeknya menjadi 5,5% dari 5,9%.
Bukan hanya 2023, pertumbuhan China di 2024 juga dipangkas. Nomura juga memperkirakan China hanya akan tumbuh menjadi 3,9% dari 4,2% sedangkan BofA memangkas prospeknya menjadi 5,0% dari 5,2%. (*)