Headline

Umat Muslim-Hindu Terjalin Sejak Zaman Kerajaan Buleleng, Keluarga Puri Singaraja Hadir Ditengah Bulan Puasa

355
×

Umat Muslim-Hindu Terjalin Sejak Zaman Kerajaan Buleleng, Keluarga Puri Singaraja Hadir Ditengah Bulan Puasa

Sebarkan artikel ini

Singaraja.Bali.Faktaper.id -Wujud toleransi antar umat beragama di Buleleng Pasemetonan Angglurah Panji Sakti Puri Singaraja, kunjungi Masjid Agung Jami’ di Kelurahan Kampung Kajanan, Buleleng.

Kedatangan keluarga Angglurah Panji Sakti guna menyambung kekerabatan yang sudah berlangsung sejak zaman kerajaan Buleleng.

Manggala Utama Pasemetonan Puri Singaraja Minggu (19/4) sore, AA Wiranata Kusuma memberikan sumbangan sejumlah peralatan penerapan protokol kesehatan untuk Masjid. Bahkan mereka juga menyempatkan untuk mengikuti buka puasa bersama umat Muslim setempat.

AA Wiranata Kusuma mengatakan, ini ajang silahturahmi. Diakui Wiranata Kusuma, komunikasi antara pihak Puri dengan pihak masjid sempat tersendat, karena ada berbagai hal. “Pertemuan ini untuk mengingatkan persaudaraan dan kebersamaan yang terjalin sejak lama antara kami dengan umat Muslim di Buleleng,” kata Wiranata Kusuma.

Selama ini diketahui keluarga Puri Singaraja dengan umat Muslim di Buleleng memiliki hubungan dekat sejak dari zaman kerajaan Buleleng. Warisan paling terlihat yakni lahan untuk pembangunan Masjid Agung Jami’ yang lokasinya di jalan Hasanuddin Singaraja ini adalah pemberian dari kerajaan.

Selain itu, pintu masuk atau gapura Masjid merupakan pemberian dari Raja Buleleng kala itu. Pintu yang berornamen ciri kas Bali merupakan simbol toleransi antara umat Hindu dengan umat Muslim di Buleleng. “Kami ingin membangun komunikasi dan toleransi yang luar biasa. Sejak dulu leluhur kami sudah bersaudara terlepas dari agama apa yang dipeluk untuk bersama-sama membangun Buleleng,” jelas Wiranata Kusuma.

Untuk itu, dengan momentum ini kerukunan yang sudah terjalin akan terus ditingkatkan kemblai. Terlebih saat ini, marak ada oknum yang berusaha memecah belah persaudaraan antar umat beragama dengan cara mengadu domba. Bahkan Wiranata Kusuma tidak ingin di Bali.Bahwa khusus di Buleleng silaturahmi antar umat beragama sangat kuat dan tidak bisa dipecah belah.

“Jangan mencoba mengganggu hubungan silaturahmi antar umat beragama. Kita wajib jaga ini. Kalau kita semua tidak bisa menjaga ini, akan terpecah belah sedangkan persaudaraan sudah terjalin sejak dulu. Kami mohon bersama-sama menjaga persaudaraan ini,” ujar Wiranata Kusuma.

Wiranata Kusuma yang juga orang no 3 di Polres Buleleng sempat melihat Al-Quran Pusaka milik Masjid tersebut yang konon dibuat oleh AA Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie yang tak lain merupakan keturunan Ki Barak Panji Sakti (Raja Buleleng I) yang menjadi seorang mualaf setelah berguru kepada seorang Imam Masjid pertama (Masjid Keramat) di Singaraja, Muhammad Yusuf Saleh.

Selama berguru dan mempelajari agama Islam, Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie juga diberi tugas menulis sebuah Al-Quran dengan tangannya. Konon Al-Quran tersebut ditulis pada tahun 1820 silam.

Sampai kini, Al-Quran buah tangan AA Ngurah Tjelagie masih tersimpan dengan baik di Mesjid Agung Jami.

“Saya berpesan agar Al-Quran ini dijaga dengan baik. Ini adalah warisan leluhur. Generasi muda harus mengetahui sejarah, agar nanti tidak ada perbedaan,” pesan Wiranata Kusuma yang juga selaku Kabag Ops Polres Buleleng kepada pengurus Masjid.

Sementara Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Agung Jami, Muhamad Reza Yunus mengaku, sangat mengapresiasi apa yang dilakukan keluarga Puri Buleleng untuk memperat tali persaudaraan antar umat Muslim dan Hindu.

“Ini menandakan bahwa persaudaraan antar umat beragama di Buleleng sangat kental dan bagus,” ungkap Reza Yunus.

Diakui Reza Yunus, sebagian umat Muslim di Buleleng ada mempunyai hubungan darah dengan keluarga kerajaan Buleleng. Dulunya mereka ikut serta membantu perjuangan melawan penjajah. Sehingga sengan kedatangan Pasemetonan Puri Buleleng, hubungan yang sudah terjalin akan meningkat.

“Tidak bisa dipungkiri kami sudah bersaudara dari dulu, baik dari hubungan darah hingga berjuang melewan penjajah pada zaman dulu. Jadi tidak ada lagi istilay nyame dauh tukad atau yang lainya, kita semua adalah bersaudara,” pungkas Reza Yunus. Des

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *