BNPB juga melaporkan dua titik panas di Kabupaten Rokan Hulu yang masih terpantau melalui dasbor Sipongi KLHK. Sejauh ini, rekapitulasi karhutla di Provinsi Riau mencapai 481,50 hektare.
Saat ini, pihak berwenang atau Satuan Tugas Penegakan Hukum (Gakkum) masih melakukan penyelidikan terkait penyebab karhutla di Riau.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau melaporkan tidak ada korban jiwa pada insiden karhutla di wilayah terdampak.
BPBD juga mencatat sejumlah wilayah dalam penyelidikan karhutla yang tersebar di beberapa kabupaten, di antaranya Kecamatan Sungai Sembilan, Talang Mandau, Bukit Batu, Rangsang, Siak, Marpoyan Damai, dan Bunut.
Selain itu, BPBD juga menginformasikan cakupan karhutla terluas berada di Kabupaten Bengkalis, yakni 181,48 hektare. Sedangkan cakupan luas karhutla di wilayah lain, seperti Dumai seluas 99,22 hektare, Rokan Hilir 73,5 hektare, Indragiri Hilir 43,5 hektare, Pelalawan 31,18 hektare, Siak 18,51 hektare, Pekanbaru 11,18 hektare, Kampar 11,03 hektare, Meranti 9,75 hektare, dan Indragiri Hulu 2,15 hektare.
Kepala BPBD Kabupaten Pelalawan Zulfan FM mengatakan dari 34 kejadian tersebut, tercatat ada 31,18 hektare lahan yang terbakar, dan tersebar di 12 kecamatan.
“Dalam penanganan karhutla yang terjadi di Pelalawan, kita selalu berkoordinasi dengan instansi terkait untuk bersinergi, sehingga persoalan karhutla yang mengancam daerah dapat ditangani dengan baik,” kata Zulfan.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto sebelumnya juga melakukan patroli udara pada Rabu (7/6) di Provinsi Riau.
Untuk itu, BNPB dan KLHK mengimbau semua pihak di wilayah Riau untuk terus berkolaborasi dan bersinergi dalam upaya penanganan karhutla, karena berdasarkan pengalaman selama ini, pencegahan menjadi langkah penting dalam penanganan karhutla sebelum titik api meluas. (*)