Bali, faktapers.id – Banjir terjadi di Desa Pemogan Denpasar Selatan beberapa yang lalu, masih menyisakan pekerjaan. Walau air sudah surut. Permasalahan baru muncul lagi. Pasalnya, selain saringan sampah Waduk Muara Nusa Dua, yang disinyalir kurang baik.
Dijadikannya ‘kambing’ hitam jaring penahan sampah pada hilir sungai Tukad Badung, penyaring sampah tersebut diduga juga jadi pemicu air meluap, hingga ke perumahan warga. Seperti kejadian beberapa hari lalu, walau hujan turun tengah bagi buta, air kiriman dari hulu masuk juga ke pemukiman warga.
Saringan yang dipasang untuk menyaring sampah agar tidak masuk ke Waduk Muara Nusa Dua, memang bertujuan baik. Sayangnya, justru tumpukan sampah yang ada di penyaringan malah menghambat air sehingga meluber ke pemukiman warga.
Kelian Dinas Gelogor Carik I Ketut Budiarta yang akrab disapa Jarot mengatakan, saat perbaikan beberapa tahun lalu di Waduk Muara Nusa Dua, yang dilakukan oleh pihak Balai Wilayah Sungai (BWS).
Jarot mengaku sempat didatangi, tapi lupa karena sudah lama, prihal perbaikan di Waduk Muara. Bahkan warganya sempat dijanjikan pekerjaan, karena desa Gelogor Carik sebagai wilayah berdampingan dengan waduk dan PDAM Badung.
“Pernah dulu saya didatangi kurang lebih 3 orang dari BWS saat akan diperjaan di proyek waduk. Bilang akan bekerjasama dengan kami pihak banjar, karena kami desa kami yang terdekat dengan lokasi waduk, dan tempat pengolahan air baku milik PDAM Badung, malah dijanjikan akan menyerap tenaga kerja dari wilayah kami, sayangnya waktu itu tidak ada hitam diatas putih, Namun sampai detik ini tidak ada lagi yang datang, bahkan sampai proyek waduk tuntas dan malah menimbulkan banjir lagi,” terang Jarot di kantornya, Selasa, (9/6).
Ketut Budiarta pria nyentrik dengan rambut ala metal, yang juga terpilih sebagai Ketua Forum Kadus Pemogan ini mengatakan, keberadaan pembangunan waduk memang bagus, tapi Budiarta yang biasa disapa Jarot menyayangkan jika hujan, baik itu terjadi di hulu maupun di Denpasar wilayahnya yang akan kena imbasnya, yaitu kebanjiran.
Jarot juga dengan nada becanda menanyakan penatatan Waduk Muara, apakah bisa dikaji ulang, agar banjir yang sering terjadi diwilayahnya jangan terjadi lagi. Tak hanya kritikan terhadap Waduk Muara Nusa Dua, Jarot juga minta kepada pihak PDAM Badung, agar bisa peka terhadap lingkungan sekitar perusahaan.
“Jika benar pihak PDAM akan memperhatikan kami, jangan cuman janji, buktikan, dan kami sebenarnya sudah ada rencana mau silaturahmi dengan pihak PDAM Badung, tapi karena Covid- 19, kami tunda dulu, dan kami dari 17 Banjar sudah sepakat, tak hanya ke pihak PDAM, kami juga akan bertanya ke pihak BWS Bali-Penida prihal musibah musiman yang merendam wilayah kami,” jelasnya.
Hal itu kami lakukan lantaran sudah merasa bosan adanya banjir. Kalau ini dibiarkan takutnya ke depan terjadi pergolakan di masyarakat. Pemerintah harus tanggap dengan keluh masyarakat ini,” tegasnya.
Lebih lanjut dikatakan Jarot ketika banjir baru-baru ini melanda Desa Pemogan ada 5 banjar terendam air. Banjar Gelogor Carik, Banjar Sakah, Banjar Kajeng, Banjar Rangkan termasuk Banjar Teruna Bhineka dan Banjar Mekar.
Dikatakan paling parah dari akibat banjir ini adalah Banjar Gelogor Carik. Banyak kendaraan terendam dan kerugian materi belum bisa diberikan keterangan.
“Sekarang sudah 10 harian bagaimana warga di tengah ekonomi sulit mengalami musibah seperti ini. Dan faktanya sampai hari ini pemerintah dan anggota dewan tidak ada yang turun,” singgung Jarot.
Sebelumnya, Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah Tirta Mangutama Kabupaten Badung, I Ketut Golak,SH mengatakan selama ini memang belum ada kontribusi sosial perusahaan diberikan kepada masyarakat Denpasar Selatan. Khususnya yang terkena banjir, terutama ada di sekitar lingkungan Waduk Muara Nusa Dua, dimana tempat berdirinya pengolahan air baku milik Tirta Mangutama Badung.
Menurutnya, kontribusi sosial perusahaan baru tersalurkan bagi warga masyarakat Kabupaten Badung. Namun, ia mengaku siap jika nantinya diminta turut memperhatikan masyarakat yang ada di Kota Denpasar terutama Desa Pemogan. Hal ini lantaran memang lokasi usaha perusahaan dipimpinnya ada di perbatasan.
“Sementara ini memang belum ada (kontribusi sosial terhadap masyarakat Pemogan, red) tapi pasti kita akan berfikir ke arah sana. Karena kita ada regulasi dan aturan harus kita perhatikan dan taati. Harus direncanakan yang matang,” ungkapnya. (Ans)