Jakarta, faktapers.id – Untuk pencegahan adanya bencana banjir ‘susulan’, Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC) melakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sejak Jumat (3/1/2020).
Modifikasi cuaca yang dilaksanakan hingga Maret mendatang ini bukanlah operasi modifikasi cuaca pertama kali. Sebelumnya BPPT pernah membuat hujan buatan untuk menghentikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2019.
Bahkan modofikasi cuaca juga pernah dibuat untuk membantu petani mendapatkan air hujan saat musim kemarau panjang.
Namun dalam melakukan modifikasi cuaca kali ini, Kemenristek dan BPPT bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), serta Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU).
“Tentunya kita bersyukur karena dengan sinergi yang sangat baik dari berbagai instansi pemerintah dalam hal ini BPPT, BNPB, BMKG, dan juga didukung oleh TNI dan LAPAN”, papar Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro pada acara peluncuran operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mereduksi curah hujan sebagai penanggulangan banjir Jabodetabek di Gedung BPPT di Jakarta, Jumat, (3/1/2020).
Untuk melakukan modifikasi cuaca, operasi TMC menggunakan dua pesawat yang berfungsi untuk membawa dan mengangkat garam dan ‘menaburkannya’ di atas awan hujan kumolonimbus yang berpotensi membawa hujan intensitas tinggi seperti yang terjadi pada awal tahun baru 2020.
Bambang berharap bahwa upaya modifikasi cuaca ini dapat mencegah terjadinya hujan deras dan bencana banjir seperti yang terjadi di malam tahun baru lalu.
“Mudah-mudahan dengan teknologi modifikasi cuaca, maka hujan yang tadinya harusnya turun di daerah padat penduduk, bisa diturunkan terlebih dahulu di lautan”, harap Bambang.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, dalam upaya modifikasi cuaca ini pihak TNI AU yang akan menyediakan pesawatnya untuk membawa dan mengangkat berton-ton garam untuk menyemai hujan.
“TNI AU menyediakan dua pesawat. CN295 ini sekali terbang mengangkat 2,4 ton garam yang bisa menyemai hujan. Selain itu juga CASA-212-200 sekali terbang mengangkat 800 kilogram garam”, terang Hammam Riza.
Dengan demikian, hujan dapat disemai atau diturunkan lebih cepat di lokasi yang jarang penduduk atau sebelum awan sampai di kawasan Jabodetabek atau daerah padat penduduk. Herry