Headline

Cegah Punah, 54 Ekor Curik Bali Kembali dilepas Kehabitat oleh Pengelola TNBB

×

Cegah Punah, 54 Ekor Curik Bali Kembali dilepas Kehabitat oleh Pengelola TNBB

Sebarkan artikel ini

Singaraja.Bali.Faktapers.id- Kembali TNBB(Taman Nasional Bali Barat) yang di komando Kepala Ngurah Krisna Kepakisan lepas liarkan jalak Bali kehabitantnya.

54 burung jalak Bali yang dilepas lansung dihadiri Dr. Ir. Haryono M.Si, Kepala Sub Direktorat Sumber Daya Genetik, Dit. Keanekaragaman Hayati, para Kelian Adat, Bhabinkamtibmas Polsek Gerokgak,Babinsa Koramil , TNI AL, Dinas Lingkungan Hidup Buleleng Ariston Adhi Pamungkas, SP., MenvMan dan Jembrana serta beberapa masyarakat. Pelepas liaran yang berlokasi di Resort Celuk Terima atau sering disebut Labuhan Lalang Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak Selasa (25/5) pukul 10.00 Wita.

Satwa burung (Jalak) curik bali merupakan satwa endemik yang sebaran awal populasinya berasal dari pesisir Utara dan Selatan Bali Bagian Barat dan kini di perkiraan populasi mencapai 341- 900 ekor. Penyebarannya dimulai dari barat Kelurahan Seririt, Buleleng sampai dengan desa Melaya Kabupaten Jembrana seluas 300 km2.

Tahun 1900-an curik bali hanya dijumpai di kawasan TNBB saja dengan jumlah populasi yang sangat minim. Di tahun 2001 hanya tersisa 6 (enam) ekor. Hal ini menjadi pertimbangan International Union for Conservation of Nature (IUCN) sejak tahun 1966, mengklasifikasikan curik bali sebagai satwa yang hampir punah (critical endanger). Pemerintah Indonesia selanjutnya pada tahun 1970 memasukkan burung curik bali sebagai satwa dilindungi.

Namun atas upaya konservasi intensif Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, berdasarkan hasil monitoring pada bulan Desember 2020, burung curik bali di habitat alami kawasan TNBB berjumlah lebih dari 341 ekor. Jumlah ini meningkat secara signifikan setiap tahunnya dari base line data tahun 2015 sejumlah 57 ekor. Berturut – turut dari tahun 2016 berjumlah 81 ekor; tahun 2017 berjumlah 109 ekor; tahun 2018 berjumlah 184 ekor dan; tahun 2019 berjumlah 256 ekor.

Sejalan dengan hal tersebut, burung curik bali kini tidak hanya dijumpai di dalam kawasan Taman Nasional Bali Barat. Burung ini dalam 2 (dua) tahun terakhir, mulai terlihat memperluas daerah jelajah habitat hingga di daerah penyangga kawasan TNBB.

Pelepasliaran Curik Bali kembali kehabitatnya, Kepala Balai TNBB Ngurah Krisna Kepakisan kepada Faktapers.id menerangkan strategi kedepan demi menjaga kepunahan akan tetap berkoordinasi dengan desa-desa penyangga,

”Kerja sama dengan masyarakat sangat kami butuhkan setelah dilepasliaran curik bali kehabitatnya.Nanti akan dibina untuk memperbaiki kwaliats hidup dialamnya dengan nama pengendalian ekosistem,”ujar Krisna Kepakisan.

Selaku putra Buleleng yang ditugaskan menjaga kawasan TNBB, masyarakat awam yang belum mengenal curik Bali,”Kami bina mulai dari kelompok masyarakat, baik yang bertugas konservasi , wisata, tani dalam rangka pemberdayaan, tetap kita lakukan strategi pendampingan serta peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan sehingga satwa tersebut dapat dijaga dan berdampingan dikehidupan ditengan masyarakat bahkan Polhut selalu memantau keberadaanya dan memberi pakan serta menghindari ganguan liar,”ujarnya.

Hasil pantauan petugas dan laporan masyarakat, dijumpai kelompok-kelompok burung curik bali yang menetap atau hanya mencari makan dan bermain di kebun , pekarangan rumah dan di areal Hutan Produksi yang terdapat usaha agroforestry Perhutanan Sosial oleh masyarakat. Di Dusun Klatakan Desa Melaya dijumpai 20 (dua puluh) ekor burung curik bali, di Desa Sumberklampok 5 (lima) ekor, Hutan Produksi dijumpai 88 (delapan puluh delapan) ekor, di Desa Pejarakan dijumpai 4 (ekor) dan 10 (sepuluh) ekor di Desa Gilimanuk. Bahkan pernah ada laporan masyarakat terkait keberadaan burung curik bali hingga di Desa Pemuteran yang berjarak 8 km dari kawasan TNBB.

Dr. Ir. Haryono M.Si, Kepala Sub Direktorat Sumber Daya Genetik, Dit. Keanekaragaman Hayati dalam kunjungan kerjanya ke TNBB setelah melepas liar curik Bali menerangkan TNBB dapat mempertahankan keberhasilanya ini.

“Kita minta supaya balai TNBB dapat mempertahankan keberhasilanya ini, namun keberhasilan ini tidak terlepas dari kreativitas dan inovatif kerjasama balai dengan para pihak baik pemerintah, penegak hukum dan tokoh masyarakat. Dan ini sangat penting dipertahankan dan akan menjadi contoh bagi daerah lain dalam menjaga satwa. Kami tetap mendukung kebijakan maupun anggaran yang dibutuhkan oleh UPT dalam konservasi dan kami hadir disini mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang ikut berkompeten menjaga Balai TNBB,”ujar Haryono.

Acara juga dikemas pemberian piagam penghargaan dari Dirjen KSDAE kepada 4 (empat) kelompok masyarakat sebagai apresiasi atas dukungan dalam pengelolaan TNBB. Des

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *