DaerahJawa

SMPN 1 Jogonalan Gencarkan Anti Kekerasan dan Perundungan

×

SMPN 1 Jogonalan Gencarkan Anti Kekerasan dan Perundungan

Sebarkan artikel ini

Klaten, faktapers.id – Kendati sering ditemukan kondisi anak dengan mental pisikisnya terganggu, depresi, putus sekolah, bahkan ada yang berujung kematian, dikarenakan mengalami kekerasan verbal maupun non-verbal (fisik) baik yang di lakukan teman sebaya maupun lingkungan mereka berada.

Hal ini yang mendasari pihak sekolah melakukan kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bertemakan Cegah Kekerasan dan Perundungan (Bullying) dengan menjadi Upstander, seperti yang digelar Civitas Akademika SMP Negeri 1 Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Jogonalan, Endah Sulistyowati menjelaskan, Perundungan yang sengaja maupun tidak sengaja akan mengakibatkan dampak yang sangat negatif baik bagi korban maupun pembuli.

Untuk itu, kata Endah, sekolah menggelar kegiatan tujuannya agar peserta didik dapat memahami penanaman nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari antara lain memiliki dimensi beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa dan berakhlak mulia.

“Disini adalah sekolah penggerak yang ditunjuk Kemendikbud melaksanakan Roud Indonesia bekerjasama dengan Unicef menerapkan disiplin positif menolak perundungan, harapannya murid akan mendapatkan kesejahteraan emosi yang baik, belajar dengan nyaman dan menyenangkan,” kata dia, Sabtu (2/9/2023).

Endah menjelaskan disiplin positif yang harus dilakukan guru dan kepala sekolah yaitu agar supaya anak didik tidak mengalami bullying. Menurutnya, ada tiga dosa pendidikan diantaranya kekerasan, perundungan dan pelecehan seksual.

“Kalau kita membaca berita perundungan di kalangan pelajar dan juga guru, ini sangatlah memprihatinkan. Ada kekerasan yang mendapat kekerasan verbal dan fisik. Kalau saja disiplin positif ini dilakukan maka sekolah akan baik-baik saja,” terangnya.

Endah mencontohkan dalam pergaulan siswa di sekolah untuk selalu mau meminta maaf jika ada kesalahan dan berani tanpa takut untuk menjelaskan alasan suatu kebenaran. Ia meyakini kalau yang terjadi siswa saling menghargai maka intoleransi itu akan terhapus.

(Madi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *