Headline

Riset ITB: Potensi Jakarta Tenggalam Ada, Namun 10 tahun Mungkin Terlalu Cepat

×

Riset ITB: Potensi Jakarta Tenggalam Ada, Namun 10 tahun Mungkin Terlalu Cepat

Sebarkan artikel ini

Jakarta, Faktapers.id – Ketua Lembaga Riset Kebencanaan IA ITB Heri Andreas, mengatakan, secara teknologi dan data satelit, potensi untuk ke arah Jakarta tenggelam itu memang ada. Namun 10 tahun mungkin terlalu cepat.

“Melalui model (riset) yang kita buat kita harus lebih khawatir di 2050. Namun itu namanya proyeksi. Apakah itu akan benar-benar terjadi? Belum tentu, karena di tengah jalan juga pasti akan ada upaya-upaya yang dilakukan untuk menghindari hal tersebut,” ujar Heri saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (2/8/2021).

Lebih dalam Heri menambahkan, Jakarta memang punya masalah tersendiri terhadap tata ruang seperti banyak orang yang mengambil air tanah, kurangnya lahan penghijauan, dan sebagainya. Belum lagi soal jumlah penduduk yang kian meningkat. Menurut datanya, penduduk DKI saat ini sudah mencapai 11,5 juta dengan luas daerah hanya 662 Km persegi.

Namun, menurutnya, bukan Jakarta yang lebih mengkhawatirkan, namun beberapa wilayah di Jawa Tengah seperti Pekalongan, Semarang, dan Demak.

“Penurunan tanah di sana lebih cepat dan besar. Wilayah-wilayah di bawah lautnya juga bisa lebih besar dari Jakarta serta masih ada 112 kabupaten kota yang berpotensi untuk tenggelam mulai dari Pantai Timur Sumatera, Pesisir Kalimantan, Pantura Jawa, sedikit di Sulawesi dan Papua,” kata Heri Andreas.

Senada, Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga, mengatakan, salah satu penyebab utama Jakarta terancam tenggelam adalah penyedotan/pemompaan air tanah yang tidak terkendali mulai dari tingkat rumah tangga, gedung perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan, sampai dengan kawasan industri.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) juga berpendapat, bahwa Pemerintah pusat masih menganggap enteng isu perubahan Iklim, dan Indonesia adalah salah satu negara yang belum mendeklarasikan negaranya darurat iklim.

“Upaya penurunan emisi selain tidak serius juga tidak ambisius. Dibuktikan dengan rencana pemerintah yang terus membangun PLTU Baru. Sedangkan kita tahu salah satu penyumbang emisi terbesar di Indonesia adalah sektor energi, yakni PLTU,” ujarnya melalui pesan teks.

Apa Solusinya?

Menurut Heri Andreas, bukan menjadi alasan kuat memindahkan ibu kota Jakarta hanya karena ancaman tenggelam. Apalagi, saat ini kondisi Jakarta sudah menjadi pusat bisnis dan industri.

“Secara analisa, tidak perlu pindah. Apalagi Jakarta sudah menerapkan kota ekonomi terbesar di Indonesia. Jadi tidak serta merta akan ditenggelamkan dan dipindah,” ujarnya.

Selain itu, tanggul merupakan solusi umum serta berusaha untuk mengurangi penurunan tanahnya. Faktor dominan eksploitasi air tanah dengan mereduksi atau memberhentikan eksploitasi air tanah. Adanya program substitusi air tanah dengan pipanisasi, sumber-sumber air permukaan.

“Ke depannya pipanisasi akan dipercepat, pengadaan sumber-sumber air dari Jatiluhur, Waduk Karian. Memang sedikit terlambat prosesnya, Namun proses itu kan pasti butuh waktu,” ujarnya. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *