Headline

AMERTA Akan Hapus Biaya Tes Rapid dan PCR Untuk Memperudah Kunjungan Wisatawan

×

AMERTA Akan Hapus Biaya Tes Rapid dan PCR Untuk Memperudah Kunjungan Wisatawan

Sebarkan artikel ini

Denpasar, Bali. Faktapers.id – Gerakan untuk menarik simpatik warga oleh Calon Walikota-Calon Wakil Walikota (Cawali-Cawawali) Denpasar, Gede Ngurah Ambara Putra-Made Bagus Kertanegara (AMERTA). Terus menyeser pasar yang ada wilayah Kota Denpasar.

Gerakan dalam mencari dukungan warga mendapat respon positif. Warga memberikan apresiasi atas wacana AMERTA untuk memangkas pembebanan biaya rapid test dan mempermudah kunjungan wisatawan ke Bali. Dmana Bali selama ini masih mengandalkan kunjungan Wisatawan sebagai pemasukan daerah. Wacana dan program ini akan sangat membantu mobilitas transportasi dan menggeliatkan kembali perekonomian dan kepariwisataan.

“Karena sejak awal rapid test tidak efektif mendeteksi Covid-19. Sedangkan test PCR lebih presisi, namun dari sisi harga lebih mahal, bahkan lebih mahal dari harga tiket. Selain itu hasil tes diketahui beberapa hari kemudian. Ini menahan orang bepergian,” terang Gede Ngurah Ambara Putra ketika ditemui saat berkunjung ke Pasar Padang Sambian, Denpasar, Jum’at (6/11/2020).

Pihaknya menilai jika penghapusan biaya hasil tes cepat (rapid test) atau tes Polymerase Chain Reaction (PCR), sebagai syarat untuk bepergian menggunakan angkutan udara atau angkutan darat tetap harus dilakukan cuma saja harus tanpa biaya alias di gratiskan, sehingga akan membawa dampak peningkatan mobilitas masyarakat bepergian di masa pandemi.

Menurutnya, terpenting masyarakat ataupun wisatawan haruslah diberikan pemahaman informasi bahwa sebagian besar hotel di Bali telah disertifikasi protokol kesehatan, sehingga tidak perlu ragu untuk datang ke Bali dengan menggunakan transportasi udara maupun darat namun yang terjadi saat ini masih banyaknya kasus corona (Covid-19).

Tetapi, di sisi lain, dihapuskannya syarat test PCR dan rapid bisa membawa berpengaruh besar bagi mobilitas transportasi.

“Namun di satu sisi kami mengingatkan juga bahwa jangan sampai istilah new normal diterjemahkan menjadi Normal oleh masyarakat. Kesannya kasus COVID-19 tidak ada lagi. Ini sangat ironis karena di tengah kasus yang makin meningkat, kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan malah semakin menurun. Sehingga menurut saya, harus terus dibangun kesadaran masyarakat dalam melaksanakan prokes,” ujarnya. */Ans

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *