Headline

Janji Gubernur Bali Buka Pariwisata Juli 2021 Pupus, Pariwisata Ambruk Kembali Ditengah PPKM

×

Janji Gubernur Bali Buka Pariwisata Juli 2021 Pupus, Pariwisata Ambruk Kembali Ditengah PPKM

Sebarkan artikel ini

Singaraja.Bali.faktapers.id –Miris Janji pemerintah Bali membuka pariwisata Juli 2021 membuat pelaku wisata diseluruh Bali menyesalkan hal ini .

“Saya sebagai gubernur sangat berharap jadwal (pembukaan wisatawan asing) dapat kita penuhi. Kita laksanakan pada akhir Juli nanti,” ucapnya Koster dalam acara Weekly Press Briefing, Senin (28/6)
Koster beralasan, usulan tersebut merupakan amanah langsung dari pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali. Mengingat, laju perekonomian pulau Dewata amat bergantung dari kunjungan turis mancanegara, selain domestik yang mulai berjalan. “Jadi, kiranya jadwal pembukaan ini jangan sampai ditunda lagi,” terangnya.

Kendati demikian, dia menekankan, seluruh kegiatan pariwisata wajib menerapkan prokes secara ketat untuk memutus penyebaran Covid-19 di destinasi wisata. “Ini seperti yang sudah di bahas dan SOP sesuai arahan Pak Menteri (Sandiaga),” tekannya.

Adanya PPKM Darurat apa daya bagi pelaku wisata di Bali, dampak negatif kembali membentur penghasilan mereka yang mengandalkan wisatawan. Bahkan ada beberapa hotel harus menjual assetnya dikarenakan pajak yang dibayar tetap tidak ada penurunan.

Seperti yang terjadi di Buleleng Barat, kawasan wisata Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak. Kawasan tersebut mengalahkan Lovina, banyak wisatawan asing berkunjung dan betah tinggal berlibur. Sejak virus corona menghadang bagaikan zunami yang dihadapi pelaku wisata ekonomi langsung ambruk.

Selaku pelaku wisata Pemuteran I Ketut Sutrawan Selamat, alias Wawan Ode yang menerima dampak tersebut dikonfirmasi awak media Senin ( 19/7) menuturkan.

“Pak Gubernur janji Juli 2021 pariwisata di buka dan kita bukan kita saja sudah persiapkan disini CHSE sesuai himbauan dari dinas pariwisata tentang standar pencegahan covid. Kemudian wisatawan asing yang dari Eropa sudah banyak sekali boking tempat ingin berkunjung ke Bali karena mereka sudah siap untuk treveling. Tiba-tiba bahasa dari pemerintah sekarang ada PPKM otomatis kita shok diluar dari prediksi kita. Keseriusan dari pemerintah harus doble caver karena sudah dicanangkan oleh pemerintah pusat, awalnya kita dibawah seneng akhirnya shok mendengar ini semua dan wisatawan juga kecewa apalagi sudah pesan tiket,”kata Sutrawan.

Atas kebijakan-kebijakan seperti itu, pemprov Bali harus berpihak kepada masyarakat kecil , baik yang sebagai pelaku wisata maupun pekerja lainya sehingga ekonomi berputar pemerintah tidak perlu kembali membiayai hidup masyarakatnya dengan memangkas anggaran,

Wawan Ode lebih terang juga sangat menyesalkan kebijakan tersebut, harus menimpa para pelaku wisata di Bali,

“Semua mati pariwisatanya, karena pemerintah tidak memberikan kepastian. Kapan benar-benar dibuka selalu berubah aturannya. Kami pekerja dibidang pariwisata seperti sangat kelihatan tidak profesional mengasi informasi kepada trevel dan wisatawan, bahkan kami disini berikan harga promo tiba-tiba kita bilang close. Artinya kalau pemerintah emang belum siap bilang tidak siap jangan kami dikasih angin segar seperti ini. Dampak nya sangat banyak beberapa hotel sudah tutup selain tidak mampu bayar karyawan juga biaya oprasional tinggi.”ujar Wawan.

Mirisnya lagi sudah ada hotel yang ada di kawasan pemuteran terjual karena tidak mampu beroperasi, selain tingginya pajak yang dibayarkan dalam setahun ini , “sudah ada hotel yang terjual ada juga mobil operasional hotel dijual hanya untuk memberikan sembako kepada karyawanya, karena ini dampaknya sudah hampir 1,5 tahun tidak ada income yang pasti,”terang Sutrawan.

Harapan kepada pemerintah, Sutrawan yang mengacu dunia luar yang telah berhasil menggelar piala Eropa, “ Harapan saya , pemerintah mengacu pada dunia luar bagaimana mereka berhasil melaksanakan piala eropa dengan gembira bisa melawan covid. Jadi kalau emang vaksin menjadi solusi tolong digenjot, kemudian komplin dari wisatawan karantina kenapa harus di Jakarta kalau bisa di Bali jadi hal seperti ini kadang harus didengarkan oleh pemerintah agar tidak ada tumpang tindih aturan. Kalau emang tujuan wisatawan ke Bali ya Karantina di Bali toh juga mereka sudah sweb dan sudah di VCR sebelum ke Indonesia,”terang Wawan Ode.

Wisatawan yang ingin ke Bali harus menghabiskan waktunya tinggal di Jakarta untuk menjalani Karantina selama10 hari dengan biaya yang begitu lumayan, namun warga Indonesia sendiri seperti ke daerah Turki, Kapal Pesiar berlayar disana sesui standar mereka dan diterima kenapa Bali tidak bisa. Informasi yang didapat Wawan Ode wisatawan Eropa ingin ke Bali dan siap menerma resiko nantinya. Des

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *