Berita

Sirekap Bermasalah, Roy Suryo Sarankan IT KPU Diperiksa serta Diaudit Forensik

×

Sirekap Bermasalah, Roy Suryo Sarankan IT KPU Diperiksa serta Diaudit Forensik

Sebarkan artikel ini
Sirekap Bermasalah, Roy Suryo Sarankan IT KPU Diperiksa dan juga Diaudit Forensik

Faktapers.id JAKARTA – Pemerhati Telematika, AI, OCB & Multimedia Independen, Roy Suryo menyampaikan IT Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus diperiksa dan juga diadakan audit forensik. Hal itu diadakan agar legitimasi data yang digunakan dihasilkan Sirekap dapat dipercaya lalu sah secara hukum untuk pemilihan raya 2024.

“Tegas saya sarankan periksa juga audit forensik IT KPU agar legitimasi data yang digunakan dihasilkan sanggup dipercaya kemudian sah secara hukum untuk hasil Pemilihan Umum 2024,” ujar Roy Suryo pada keterangannya, Hari Sabtu (17/2/2024).

Menurutnya, jikalau pemeriksaan tak dijalankan maka program Sirekap dinilai tidaklah legitimate. Imbasnya keabsahan data yang mana dikeluarkan akan selalu dipertanyakan.

Roy menjelaskan bahwa Sirekap yang tersebut berbasis OCR (Optical Character Recognizer) juga OMR (Optical Mark Reader) ini tidak hal baru. Ia pun menilai KPU gagal memanfaatkan secara maksimalkan perangkat lunak yang disebutkan hingga banyaknya kesalahan lalu menjadi obrolan dalam lini masa pasca Pemilihan Umum 2024.

“Bagaimana tidak, Sirekap ini belum pernah diuji teknik dan juga masyarakat secara benar-benar terbuka dan juga diawasi oleh Tim Independen di area infrastruktur IT yang dimaksud dijalankan untuk 38 provinsi di area Indonesia yang memiliki heterogenitas baik teknologi maupun SDM-nya,” ungkapnya.

Mantan Menteri Pemuda serta Olahraga itu mengungkapkan bahwa sertifikasi Sirekap hanya saja didapatkan dari Kominfo tidak institusi yang lebih besar kompeten seperti BRIN. Belum lagi sertifikasi belaka mencakup aplikasi mobile juga tidak ada terhadap sumber daya manusia atau operator yang menjalankan.

“Oleh dikarenakan itu menjadi tak aneh kalau sejumlah sekali ‘anomali’ seperti seringnya bilangan bulat salah dipindai misalnya 1 menjadi 7 atau bahkan 4, juga penambahan desimal yang mana menimbulkan jumlahnya fantastis sampai ribuan, padahal lazimnya 1 TPS semata-mata berkapasitas 300 orang,” jelas dia.

“Tuduhan adanya ‘algoritma sisipan’ seperti yang dimaksud disampaikan berbagai pihakpun menjadi tidak ada mampu dihindari, lantaran ‘kesalahan’ ini terjadi secara nyaris seperti TSM (Terstruktur Sistematis Masif) di dalam berbagai tempat, tak belaka hitungan jari,” pungkasnya.

(*)

Berita Lainnya Faktapers di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *