Jawa

Desa Mundu Tulung, Mandiri Energy Dari Kotoran Sapi

×

Desa Mundu Tulung, Mandiri Energy Dari Kotoran Sapi

Sebarkan artikel ini

Klaten, faktapers.id – Melimpahnya peternakan sapi di Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ternyata dimanfaatkan betul oleh warga. Limbah kotoran sapi yang selama ini dinilai merugikan dan mencemari lingkungan, dikelola melalui kelompok tani setempat.

Hal ini menjadikan limbah kotoran sapi yang dijadikan bahan baku gas metan yang dimanfaatkan warga desa untuk memasak. Kini ratusan warga desa yang terletak di lereng Gunung Merapi ini, merasakan bagaimana limbah kotoran sapi yang dinilai merugikan bisa diolah dan dikelola sedemikian rupa.

Kepala Desa Mundu, Budiyanta, menyatakan, sebelum menggunakan gas metana hasil pengelolaan limbah kotoran sapi, warga menggunakan kayu bakar untuk memasak. Pembangunan sistem pengelolaan limbah kotoran sapi berbasis biogas pada yang diawali pada tahun 2018, ini telah memenangkan lomba ditingkat propinsi Jawa Tengah dengan hadiah 15 sapi.

“Besok bulan mei kita maju tingkat nasional. Kenapa program ini kita kembangkan terus, karena jauh lebih hemat dan mudah, sebelumnya masak di tungku pakai kayu. Yang terpenting untuk saat ini masyarakat sudah tidak merisaukan akibat kelangkaan maupun kenaikan harga gas,” kata dia, Senin (21/2/2022).

Kini, lanjut Kades, warga Desa Mundu tak perlu lagi risau harus kehabisan kayu bakar atau tabung elpiji, sebab kebutuhan suplai kompornya telah terpenuhi melalui saluran-saluran biogas yang dikelola dari limbah kotoran sapi. “Ya Alhamdulillah jadi lebih mudah. Lebih untung kalau secara hitungan hemat 100 persen,” ujarnya.

Ia juga menuturkan, awalnya pemanfaatan biogas hanyalah sebagai bagian dari mengelola limbah kotoran sapi. Limbah-limbah ini sebelumnya hanya dibuang begitu saja dan membuat ekosistem lingkungan tercemar. Tapi sejak tahun 2018 warga mulai mencoba mengelola limbah kotoran sapi, yang kerap dikeluhkan.

“Jadi mulai tahun 2018, tujuan awalnya ada potensi limbah yang belum termanfaatkan. Jadi warga tergerak untuk mengelola limbah menjadi biogas, jadi tujuan utama kita mengelola limbah. Untuk biaya pembuatan satu titik menghabiskan sekitar Rp12 juta dengan menggunakan dana stimulan,” ucapnya.

Apalagi, kata dia, warga sudah merasakan manfaat dari pengembangan biogas selama 4 tahun lebih. Beberapa warga yang mampu bahkan telah membuat reaktor biogas fix dome berbahan beton permanen. Jumlah reaktor pun terus bertambah.

“Di tahun 2021 ini reaktor yang berbahan beton permanen sudah mencapai 60 unit reaktor biogas beton, dengan kapasitas 6 meter kubik untu satu keluarga dan 12 meter kubik untuk tiga keluarga. Jumlah itu belum termasuk reaktor biogas warga yang masih menggunakan bahan plastik,” terangnya.

Manfaat besar menjadikan banyak warga di Desa Mundu, kini memilih menggunakan biogas dari limbah kotoran sapi yang dikelola. Selain mampu menghemat pengeluaran untuk elpiji, kotoran sapi yang kerap bau dan menimbulkan persoalan lingkungan bisa sedikit teratasi.

“Dengan menggunakan biogas masyarakat merasa diuntungkan, karena sudah tidak lagi membeli elpiji, buktinya kalau mereka nggak merasa diuntungkan, pastinya mereka tidak membangun lagi kan gitu,” tukasnya.

Kades menilai, hitungan ekonomis dibandingkan antara penggunaan gas elpiji dengan biogas memang relatif lebih murah biogas, kenapa karena masyarakat hanya butuh tenaga kerja untuk mengisi limbah itu, sehingga kalau dikonversikan diuangkan jatuhnya lebih murah biogas seandainya tenaga mereka dihargai. Madi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *